Selamat membaca~
Nama ku Ami, saat ini aku masih duduk
di salah satu bangku SMK swasta di Bandung & kini aku sudah kelas 11 dengan
teman-teman baikku. Ceritanya waktu itu kebetulan sekolah pulang cepat dalam
sepekan ini karena kita sedang melenjalani UAS, & otomatis kita juga sering
main dulu sebelum langsung pulang sekolah. Waktu itu aku, Ira, & Nisa
sedang ketagihan pergi ke PerPusDa di daerah Kawaluyaan. Karena selain banyak
buku-buku yg menarik, tapi juga fasilitasnya memadai banget.
“Ke PerPusDa lagi yuk? Aku pingin
lanjut baca novel yg kemarin nih! Belum selesai bacanya kan keburu mau tutup.”
Ajak Ira saat kami sedang istirahat merefresh pikiran dari UAS barusan di
kantin sambil memakan cemilan masing-masing. “Dasar! Dateng-dateng langsung
nyolong ngajak aja! Bentar nih! Aku laper belum sarapan!” ucapku menanggapi
Ira. “Yaaa tapi mau kan kesana? Yah Ami? Mau yaa? Kan katanya juga kamu mau
lanjut baca novel sama komik yg kemarin.” Ira tiba-tiba memohon begitu. “Iya,
iya deh!” aku menurut saja.
“Tapi aku ga ikut ya, soalnya aku
disuruh pulang cepet nih sama mama!” ucap Elis nyambung sambil membereskan
barang-barangnya juga. “Loh kenapa? Tumben, biasanya aja suka ikut kok!” tanya Nisa
sedikit heran. “Mama ku lagi sakit, jadi aku harus pulang cepet. Udah ya semua!
Aku duluan!” Elis langsung pamitan.
“Hei!” tiba-tiba ada yg menyapa kami
sampai hampir membuat kami jantungan, saat aku melihat keasal suara. Ternyata
Belina, kami mengomelinya sedikit karena sudah membuat kami hampir jantungan.
“Ke PerPusDa? Bener nih kalian mau
kesana?” tanya Belina saat kami bilang tujuan kami setelah ini mau kemana.
“Iya, emang kenapa?” tanyaku sedikit heran juga. “emm, aku boleh ikut ga?
Soalnya aku juga males jam segini di rumah.” Belina.
“Boleh, makin banyak makin seru!”
ucapku mengiyakan. “Iya, yuk langsung caw aja kesana!” Ira langsung mengemas
barangnya sendiri sudah tidak sabaran. Aku & Nisa juga sama lalu langsung
pergi naik angkot agar lebih cepat sampai sana. Sebenarnya lokasinya bisa
ditempuh jalan kaki karena dekat juga dari sekolah, tapi kita males & ga
mau capek.
Setelah sampai, kami berjalan kaki
kedalam sedikit & sampai lah di PerPusDa, setelah mengisi buku tamu. Kami
menuju locker untuk menyimpan barang, saat menuju ke lift tiba-tiba ada satpam
yg menghampiri kami. “Maaf neng, lagi istirahat. Jadi tempatnya bakal ditutup
sebentar, sekitar setengah jam lah.” Ucap bapak itu. Benar saja, ada pengumuman
audio di sana. kami pun berfikir mau kemana, untuk menunggu selama istirahat.
“Aku laper nih! Nis, kita cari makan
dulu yuk?” ajak Beliana. “Kalian mau jajan?” tanya Ira langsung menanggapi.
“Iya, habis aku laper! Beli mie ayam yuk?” ajak Beliana lagi. “Aku tadi udah
makan, ya udah kalian aja kesana.” Tolakku pelan. “Aku juga bawa bekel, ya udah
kalian jajan aja. Nanti kita tunggu kalian di lantai 2 ya deket ruang baca
remaja.” Ira merencanakan. Lalu kami sepakat, Nisa & Beliana pergi keluar
lalu aku & Ira ke arah yg berlawanan. Ira mengajakku ke locker untuk
mengambil bekal makannya, lalu kami berdua berjalan sambil mengobrol ke arah
lift di dekat pintu utama. Saat lift berdenting & pintu terbuka, kami
langsung saja masuk ke dalam yg tidak ada siapa-siapa karena tadi baru saja
keluar seorang bapak-bapak yg bertugas bersih-bersih melewati kami.
Saat masuk & mau menutup pintu
aku bertanya pada Ira mau ke lantai berapa, Ira langsung berkata ke lantai 2.
Aku langsung menekan tombol itu & sampai di lantai 2, kami mencari tempat
duduk & mendapat sofa yg kosong. Aku & Ira menunggu mereka disitu sambil
Ira sendiri makan bekalnya, aku & dia terus saja ngobrol & tertawa
bersama. Tiba-tiba hp ku bergetar, aku melihatnya ternyata sms dari Nisa. Dia
bertanya aku dimana, aku langsung membalasnya untuk segera ke lantai 2 dekat
ruang baca remaja.
Tidak lama, Nisa & Beliana datang
menghampri kami. Mereka baru keluar dari lift itu, kami mengobrol bersama
disitu & berfoto narsis juga sedikit. Aku melihat jam digital di hp sudah
menunjuk angka 12.15
“Ra, solat dulu yuk?” ajakku padanya
langsung. “ayo! Kalian ikut ga?” Ira beralih ke mereka berdua. “aku lagi dapet
nih!” ucap Nisa langsung. “aku juga!” Beliana pun sama. “ya udah, kita solat
dulu yuk? Kalian disini aja oke?” aku & Ira langsung beranjak & menuju
lift lagi. “mushola nya dimana gitu?” tanya Ira padaku. “lantai 1, waktu itu
seinget aku di sana. nanti deh kita cari aja!” ucapku langsung menekan tombol
lift. Sebelum ke mushola, Ira mengajakku ke locker lagi untuk menyimpan tempat
makannya yg sudah kosong. Lalu kami menuju mushola yg kami sendiri
mengira-ngira tempatnya dimana, & akhirnya ketemu juga tempatnya.
Setelah solat, Nisa sms lagi &
bertanya masih di mushola? Lalu aku berkata iya, ini juga mau balik bentar
lagi. Setelah memasang sepatu, “Lewat mana?” tanya Ira padaku langsung. “Ke
sana juga bisa kalo ga salah, kan waktu itu pernah ke sana terus ada lift.”
Ucapku menunjuk lorong yg lumayan sepi. Aku & Ira langsung berjalan bersama
kearah lorong itu & kami sempat
tersesat karena tidak menemukan liftnya juga, saat berjalan di lorong itu. Aku
melihat kesalah satu cabang jalan di sebelah kanan, salah satu lampu di lorong
itu berkedip-kedip tidak wajar padahal yg lain menyala sempurna. Ah paling
rusak! Pikir ku begitu.
Ira pun sedikit aneh, dia malah
banyak diam walau dari tadi dia terus melihat sekeliling mencari jalan &
lift. “Ra! Mau kemana ih?” tanyaku yg mengikutinya disampingnya pas, “aku juga
ga tau, di sana ga ada jalan, disana tapi taku salah.” Katanya ikut bingung.
“sebenarnya aku ngerasa & inget
kalo lokasi liftnya itu di lorong yg tadi kita lewatin di sebelah kanan, Cuma
aku ngerasa ga enak aja sama itu jalan.” Ucapku sedikit berbisik. “sama aku
juga!” ucap Ira tersenyum remeh. Ira memang bisa melihat hal-hal yang tidak
kasat mata, & aku sendiri? Aku hanya bisa merasakannya, aku tahu ‘dia’
dimana tapi aku tidak tahu wujudnya seperti apa kerena aku memang tidak bisa
melihatnya.
Saat kami berjalan ke arah suatu
ruangan, kami bingung karena jalan ini buntu hanya ruangan yg berupa gudang
berantakan dengan kardus bekas. Saat kami masuk kedalam berharap ada pintu
keluar, tiba-tiba Ira bereaksi seolah merinding ketakutan & berlari
melewatiku duluan. “Ra tunggu! Ih kamu kenapa?” aku ikut meyusul mencoba tidak
tegang. “Banyak banget!” katanya berhenti berlari & jauh dari tempat itu,
“Masa?” aku mengerti dia berbicara apa. “Tadi waktu kita masuk, semuanya di
ruangan itu ngeliatin kita terus mereka ngumpul ketengah ngeroyokin kita
berdua.” Ucap Ira sambil menunjukkan raut muka sedikit ketakutan.
Aku beristigfar berkali-kali mencoba
menengkan diri. “aku malah ngerasa ada yg ngikutin kita & utamanya aku
malah.” Aku mulai merasakan reaksi yang dibuat oleh tubuhku yg biasanya muncul
kalau aku merasakan keberadaan ‘mereka’. “Udah yuk, permisi! Kita ga ganggu
kok.” Ucapku pelan & berjalan menarik Ira mencari jalan lagi.
“Kita lewat sini aja ya, kalo ga ada
jalan sama sekali.” Saran Ira menunjuk lorong yg sebelumnya itu, “yakin? Aku
takut nambah parah nih!” aku sedikit ragu. “Bissmillah aja!” Ira menegaskan,
lalu aku pun melangkah bersama & melewati lorong itu dengan tetap membaca
ayat Al-Quran. Lampu yang berkedip tidak wajari itu terus begitu, tidak
berhenti atau langsung mati.
Akhirnya kami menemukan lift, saat
langsung menuju lantai 2 langsung kami malah dikejutkan dengan lorong yg kosong
lagi tidak ada siapa-siapa & malah ada tangga darurat. “Ini lantai 2 kan?”
tanya Ira bingung. “Iya! Ga mungkin tadi salah mencet! Masa kayak gini sih
tempatnya?” aku mengikuti Ira yg menuju ruangan kosong lagi & dia kembali
berlari ke arah lift. Aku terus beristigfar sambil berjalan ke arah lift, “apa
salah ya? Coba ke lantai 3.”
Lalu sampai disana, ini lebih aneh!
Hanya gudang yang terbengkalai kosong tidak ada apa pun selain kardus bekas.
Tapi di ujung sana ada pintu tertutup, aku mengajak Ira untuk ke arah sana.
tapi Ira langsung berlari ke luar melewatiku, aku menyusul dia sambil melihat
sekeliling karena aku merasa ada yg mengikutiku terus.
Tiba-tiba enatah kenapa aku merasa
punggungku panas, apa ‘dia’ masih mengikutiku ya? Pikirku, lalu sekarang entah
kenapa punggungku terasa sangat berat! Berat sekali seolah memikul beban yg
besar & terasa panas juga. Aku terus mengucap kalimat istigfar dalam
hatiku. “Ra, kenapa berat ya punggung aku?” tanyaku sambil menggandeng tangan
Ira.
Ira lalu menengok ke arah ku &
melihat ke atas, dia langsung menunduk & seolah tidak mau meihat lagi.
“Kenapa Ra?” tanya ku sediki heran & sedikit panik juga. “Teh, ada!” ucap
Ira yg sering memanggilku teteh dalam bahasa sunda artinya kakak perempuan.
“bohong ah!” bantahku sedikit
terkejut mengerti maksud ucapannya. “Bener teh!” Ira melirik lagi kearah ku
& tidak berani melirikku lagi. “Di.... mana? Besar?” tanyaku curiga kalo
‘dia’ ada di punggungku yg membuat ku merasa berat ini. “Di.... punggung teteh,
lumayan.” Jawabnya pelan tapi tenang. “Astagfirullah!” sentakku langsung. Di
susul membaca ayat-ayat Al-Quran dalam hati berulang ulang. “Ra... aku mau baca
al-fatihah kenapa susah aku lanjutin?” tanyaku sedikit heran. “Coba teteh baca
ayat kursi, tapi pelan-pelan aja kalo susah juga.” Katanya menyarankan. Aku
menuruti, benar juga agak susah tapi tetap aku melawan kesusahan itu &
membacanya berulang-ulang.
Setelah hampir samapai lift, Ira lalu mulai berani melihat kearahku & kami
masuk lift lagi. Kami menuju lantai 2 kembali kesana & suasana tempat itu
lebih aneh! Tidak ada jalan keluar sama sekali selain tangga darurat! “Ih jail
banget! Ga lucu banget deh!” ucap Ira frontal sambil senyum meremehkan.
“Satu-satunya jalan, kita jangan pake lift ini! Kita turun lewat tangga terus
cari lift utama didepan.” Aku berfikir cepat karena sudah muak juga dengan
semua ini. Ira menuruti ku & benar saja kita bisa menemukan lift utama di
depan, kita berdua berlari senang menemukan lift itu & langsung masuk ke
sana.
Aku & Ira mendesah lega
bersamaan, “Tapi Ra, yg ada di punggungku tadi emang bener nih gede?” tanyaku
sedikit penasaran. “Lumayan gede, tapi ga terlalu juga. Habis tepatnya dia
duduk di sini teteh.” Ucap Ira sambil menepuk pundak bagian belakangku pelan,
“masih ada?” tanyaku lagi. “Nggak ko, udah ga ada.” Katanaya menenangkan sedikit.
“cewek cowok?” tanyaku sambil menunduk sedikit karena aku masih bisa merasakan
beratnya itu walau pun sudah tidak ada.
“Cewek.” Jawab Ira tegas sedikit, aku
menghela panjang. “Tapi masih kerasa beratnya loh, bekas kali ya masih ada?”
ucapku lagi berterus terang. “Iya Cuma bekas aja, nanti juga ilang kok tenang
aja. Habisnya tadi dia tuh mau masuk ke teteh Cuma ga bisa, mungkin karena
teteh baca ayat Al-Quran terus, terus kayaknya dia mau ngetes teteh sedikit
soalnya iman teteh kuat. Mungkin dia udah pergi juga capek terus ngikutin
soalnya teteh susah dimasukkin.” Jelas Ira sambil memeragakan tangannya yg
seolah mau menembus tubuhku dari belakang. “Serem liat tangannya! Item legam
kayak terbakar gitu! Ih ya Alloh!!” erang Ira bergidig. Aku Cuma beristigfar terus
& membaca ayat Al-Quran lagi & ternyata hafalanku itu malah lancar
tanpa beban sedikitpun. Aneh pikirku, tapi aku terus melanjutkan bacaan untuk
berjaga-jaga juga.
“aku masih kepikiran yg tadi di
jailin, ga lucu banget sih! Jail banget serius! Kita salah apa coba sampe
mereka jail ke kita.” Ucap Ira masih sedikit heran juga. “mungkin penasaran
sama kita, makannya gitu. Udah ah aku ga mau lagi!” ucapku sedikit. “apa lagi
aku teh! Tapi ada untungnya juga sih teteh yg bareng aku, coba kalo si Nisa.
Pasti deh kalo ga bertingkah panik, kerasukan bisa kayak waktu itu!” ucap Ira.
Aku tersenyum mengingat Nisa yg pernah
dirasuki tepatnya hampir waktu di sekolah & itu pun saat aku sudah pulang
duluan.
Saat kami sampai di lantai 2, benar
saja ini tempat yg benar! Aku langsung melihat Beliana melambai pada kami
berdua, kami langsung menghampiri mereka & duduk di sofa dengan lemas. Kami
menceritakan sedikit kejadian yg kami alami barusan, mereka sempat tidak
percaya & sangat terkejut. “Uh! Kalo aku jadi teteh ga tau deh udah
gimana.” Nisa bergidig menanggapi apa yg aku alami sendiri. Aku Cuma menggeleng
sambil tersenyum pahit.
Lalu waktu istirahat habis, &
ruang baca sudah bisa di masuki oleh umum. Selama membaca pun aku masih
merasakan beban berat itu, tapi perlahan-lahan rasa itu mudar & hilang.
*Jangan lupa untuk tinggalkan komentar okee~ ;))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar